07 April 2009

Tugas Religious Instruction Catholic

Dampak Kekristenan dalam Ilmu Pengetahuan

Pandangan yang berkembang saat ini, dan tampaknya diterima begitu saja oleh masyarakat luas, adalah bahwa ajaran Alkitab itu tidak sejalan dengan ilmu pengetahuan. Catatan Alkitab dianggap kadaluwarsa bila dibandingkan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Benarkah demikian?

Dalam sejarah, simultan dengan Reformasi, berlangsung pula apa yang dikenal sebagai Revolusi Ilmiah, yang menandakan bangkitnya ilmu pengetahuan modern. Pelopornya adalah Kopernikus (1475-1543), astronom Polandia, dan Vesalius (1514-1564) dari Italia. Bukan berarti pada zaman sebelumnya ilmu pengetahuan belum berkembang. Bangsa Yunani, Arab dan China memiliki pengetahuan yang mendalam akan dunia ini. Namun, bangsa China hanya mengembangkan sedikit teori ilmiah umum, sedangkan bangsa Arab dan Eropa sejauh itu menganggap ilmu pengetahuan hanya sebagai salah satu aspek dari filsafat, dengan tradisi para filsuf, khususnya Aristoteles, sebagai pijakannya. Dengan kata lain, ilmu pengetahuan zaman pertengahan lebih dilandasi oleh otoritas atau ketokohan seorang filsuf daripada digali melalui observasi (metode ilmiah). Ilmu pengetahuan saat itu lebih banyak dikembangkan melalui logika daripada melalui eksperimen.

Bangkitnya ilmu pengetahuan modern tidak bertentangan dengan ajaran Alkitab, namun justru menemukan landasan yang kokoh dalam ajaran Alkitab. Kalaupun Gereja Katholik Roma menyerang ajaran Kopernikus, dan kemudian Galileo (1564-1642), penyebabnya bukan karena ajaran mereka berlawanan dengan kandungan Alkitab. Otoritas gereja menganggapnya demikian, namun hal itu terjadi karena unsur-unsur falsafah Aristoteles telah menjadi bagian dari ortodoksi gereja, dan pendapat Galileo bertentangan dengan pandangan mereka. Galileo bahkan menegaskan keserasian antara ajaran Kopernikus dan ajaran Alkitab, dan hal inilah antara lain yang membuatnya diadili.

Baik Alfred North Whitehead (1861-1947) maupun J. Robert Openheimer (1904-1967), keduanya bukan orang Kristen, menegaskan bahwa ilmu pengetahuan modern lahir berkat pandangan dunia Kristen. Whitehead menyatakan bahwa Kekristenan adalah ibu dari ilmu pengetahuan karena ajarannya akan "rasionalitas Allah". Karena ilmuwan mula-mula percaya bahwa dunia ini diciptakan oleh Allah yang bernalar, mereka tidak terkejut sewaktu mendapati bahwa orang dapat menemukan sesuatu yang benar dari alam semesta ini berdasarkan penalaran. Adanya keteraturan dan hukum-hukum alam juga memungkinkan terjadinya berbagai penemuan dan pengembangan teknologi. Pandangan dunia Kristen, dengan demikian, telah memberikan ruang bagi "keyakinan akan kemungkinan perkembangan ilmu pengetahuan".

Berikut ini segelintir contoh ilmuwan yang melandasi keilmuan mereka dengan keimanan. Isaac Newton, penemu hukum gravitasi dan perumus tiga hukum gerakan yang mendasari ilmu dinamika, mengungkapkan kepercayaannya kepada kesahihan Alkitab dengan mengatakan, "Kami memandang Kitab Suci Allah sebagai filsafat yang paling agung. Saya menemukan tanda keotentikan yang lebih banyak di dalam Alkitab daripada di dalam catatan sejarah dunia manapun."

Francis Bacon, Lord Chancellor dari Inggris, menyatakan, "Ada dua buku yang disodorkan kepada kita untuk dipelajari, untuk mencegah kita jatuh dalam kesalahan; yang pertama adalah Alkitab, yang mengungkapkan kehendak Allah; dan yang kedua adalah Alam Ciptaan, yang menunjukkan kuasa-Nya."

Michael Faraday, salah satu ahli fisika terbesar sepanjang waktu dan penemu genarator, menyatakan, "Alkitab, dan hanya Alkitab, tanpa penambahan dan pengurangan apapun oleh manusia, adalah satu-satunya tuntunan yang memadai bagi setiap pribadi, sepanjang waktu dan dalam setiap keadaan.... Iman kepada ketuhanan dan pekerjaan Kristus adalah pemberian Allah, dan bukti dari iman ini adalah ketaatan kepada perintah Kristus."

John Herschel, ahli astronomi terkenal yang menemukan 500 nebula (kelompok bintang) baru dan mendaftar bintang-bintang dan nebula baik dari belahan bumi utara maupun selatan, mengatakan, "Semua penemuan manusia kelihatannya dibuat hanya untuk semakin meneguhkan kebenaran yang datang dari tempat tinggi dan tercantum dalam Kitab Suci."

Samuel F.B. Morse, penemu telegram dan seniman terkenal, mengungkapkan imannya yang semakin bertumbuh terhadap keutuhan Alkitab dengan mengakui: "Semakin dekat saya dengan akhir ziarah saya, semakin jelas bukti bahwa Alkitab bersumber dari Tuhan, kemuliaan dan keagungan pertolongan Allah bagi manusia yang telah jatuh semakin berharga, dan masa depan diterangi dengan harapan dan sukacita."

Seni Rupa Kristiani

Pada abad pertengahan kita mengenal gereja sebagai pusat dari pengembangan dan pembinaan kesenian. Terutama dalam musik, arsitektur dan seni rupa. Banyak seniman besar yang lahir dalam abad itu melalui karya-karya besar yang diciptakan untuk gereja. Secara estetik, karya-karya tersebut mempunyai nilai yang tinggi tetapi sekaligus mengungkapkan penghayatan keagamaan yang dalam yang dapat diapresiasikan oleh umatnya. Sehingga penghayatan umat gereja tidak hanya pada segi tematik keagamaan, tetapi juga penampilan seni yang berkualitas tinggi.

Tema-tema keagamaan ini mulai ditinggalkan oleh para seniman, ketika peran gereja sudah digantikan oleh birokrasi pemerintahan negara (tema kepahlawanan dan kekuasaan). Kecenderungan baru kemudia muncul dengan tumbuhnya kesadaran tentang kemanusiaan dan lebihjauh lagi tema-tema kerakyatan dan kehidupan keseharian. Disamping itu para seniman mulai meyakini bahwa dalam upaya untuk lebih mengembangkan prinsip-prinsip kesenian, karya seni sebaiknya bersifat independen dan tidak terikat pada sesuatu keharusan tematik.

Pada saat itu muncul gagasan-gagasan yang membebaskan seni dari segala ikatan yang membatasi indepedensi seorang seniman. Seniman merupakan awal dan akhir dari penciptaan sebuah karya seni. Sebagai individu yang merdeka, seniman mempunyai segala hak untuk mengungkapkan segala gerak batin dan sensibilitasnya sebagai hasil dari interaksinya dengan kehidupan. Inilah yang sedang terjadi pada abad kita dewasa ini.

Dilihat dari kehidupan seni saat ini kiranya agak rumit untuk mengaitkan tema-apa pun-dengan kualitas sebuah karya seni. Sebab suatu karya baru memenuhi suatu harapan bila tampak adanya indepedensi, kedalaman penghayatan dan kematangan penggarapan. Kedalaman penghayatan merupakan jiwa dari karya seni, sedangkan indepedensi merupakan kekuatannya, dan tingkat kematangan penggarapan merupakan kemampuan untuk berungkap. Tanpa ketiga kemampuan tersebut, sebuah karya seni bisa jadi hanya merupakan permainan untuk mengeksploitasi tema melalui kepintaran teknis yang sama sekali tidak menyentuh sukmanya.

Karenanya kita perlu banyak mempertimbangkan dan mengkaji secara mendalam tentang apa yang disebut dengan ”Seni Kristiani”. Apakah itu suatu kelompok seni yang bertema Kristiani ataukah karya seni yang mempunyai peran dalam ibadah Kristiani, atau seni yang berkualitas tinggi dengan penghayatan religius atau sembarang seni yang dibuat oleh orang-orang beragama Kristen?

Jawaban dari keempat pertanyaan itu bisa memberikan kemungkinan kejelasan dari istilah Seni Kristiani. Meskipun demikian kita juga perlu mengaitkannya dengan realita interelasi antara kesenian dengan keagamaan. Bagaimana sebenarnya peran timbal-balik dewasa ini antara gereja dan kesenian? Apakah keduanya saling memberikan nilai lebih, apakah keduanya saling menghargai ataukah keduanya saling mengucilkan peran masing-masing.

Ada keyakinan bahwa kehidupan beragama adalah kehidupan antar manusia dengan Maha Pencipta-Nya. Bahwa interelasi antar manusia dengan Tuhan merupakan keterkaitan yang sangat pribadi. Dalam hal ini kehidupan beragama sangat beriring dengan kehidupan kesenian yang dalam proses penciptaannya juga bersifat sangat pribadi.

Di lain pihak, agama dan ritual keagamaan merupakan kegiatan yang menyangkut orang banyak-umat Kristen. Dan ini juga seiring dengan ungkapan karya seni yang ditujukan sebagai komunikasi antar seniman dengan masyarakatnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan seni Kristiani adalah sebuah karya seni yang memiliki kualitas kesenian yang tinggi-tentunya dengan saksi reputasi dalam dunia kesenian yang memiliki penghayatan jiwa Kristen yang mendalam, dan yang memiliki peran dalam ibadah Kristen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar