06 April 2009

Latihan Skripsi Bab 1-3

PROGRAM INFOTAINMENT

DI STASIUN TELEVISI SWASTA

(Studi Perbandingan Antara Program Infotainment Silet dan Program Infotainment Ada Gosip)


Methodology of Communication Research (Qualitative)

Bp Edhy Aruman


Bab I, II, III


Cynthia Devi Sulistyowati

2006100866

MC 10-5B


BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Televisi merupakan salah satu media penyampaian informasi yang paling digemari oleh masyarakat. Melalui televisi, masyarakat tidak hanya mendapatkan informasi tetapi juga pendidikan dan hiburan. Seiring berkembangnya jaman, semakin banyak stasiun televisi yang ada di Indonesia.

Hal itu sering kali membuat faktor edukasi dan informasi menjadi berkurang. Sebaliknya, faktor hiburan meningkat tajam (http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0605/18/Jabar/2196.htm).

Banyaknya stasiun televisi di Indonesia tentunya menimbulkan persaingan untuk mendapatkan keuntungan yang semakin besar. Masing-masing stasiun televisi gencar membuat berbagai macam acara yang dapat membuat ratingnya meningkat (http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0605/18/Jabar/2196.htm).

Untuk memperoleh rating yang tinggi, setiap stasiun televisi menyajikan berbagai macam program yang menarik. Ada berbagai macam acara atau program yang diberikan, antara lain tayangan sinetron, berita, reality show dan infotainment.

Program infotainment merupakan salah satu program yang paling diminati oleh masyarakat. Beberapa program infotainment yang ditayangkan stasiun televisi swasta diantaranya adalah Silet (RCTI), Ada Gosip (SCTV), Insert (Trans TV), BeTis (ANTV), dan KISS (Indosiar).

Program infotainment menyajikan berbagai macam informasi mengenai gaya hidup dan berita terbaru yang terjadi disekitar kehidupan para artis atau orang terkenal. Informasi tersebut memenuhi rasa keingintahuan publik akan peristiwa atau hal-hal yang berhubungan dengan artis atau orang terkenal.

Hampir semua acara infotainment punya kesamaan format acara. Yang membedakannya adalah gaya penyajian dan ciri khas (Baksin, 2006:45)

Setiap program infotainment mempunyai ciri khas atau karakteristik tersendiri dalam menyampaikan berita. Yang akan menjadi studi perbandingan dalam penelitian ini adalah program infotainment Silet dan program infotainment Ada Gosip.

Penulis memilih untuk melakukan studi perbandingan pada program infotainment Silet dan Ada Gosip karena berdasarkan hasli pengamatan penulis, kedua infotainment tersebut cukup mendapatkan tempat dihati para pemirsa. Silet dan Ada Gosip mempunyai ciri khas yang sangat melekat dalam pikiran dan hati audiencenya.

Silet adalah salah satu program infotainment yang disiarkan oleh Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) setiap hari pukul 11.00 WIB. Acara gosip yang berlangsung selama satu jam ini mengupas tuntas kisah dan kasus para selebritis tanah air. Dengan gaya bahasa yang puitis, Silet menjadikan hal-hal yang tabu menjadi layak dan patut diperbincangkan (http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0605/18/Jabar/2196.htm).

Ada Gosip merupakan salah satu program infotainment yang ditayangkan oleh Surya Citra Televisi Indonesia (SCTV) setiap Senin hingga Jumat Pukul 12.30 WIB. Ada Gosip mencari kebenaran dari berbagai gosip yang beredar di masyarakat, terutama yang menyangkut artis dan para selebritis lainnya. Acara ini berlangsung selama setengah jam dan ditayangkan secara langsung dari studio (http://www.sctv.co.id/view.php?=132,4543,1,0,1137505172.html).

Silet dan Ada Gosip mempunyai cara tersendiri dalam menyampaikan berita kepada pemirsa. Hal tersebut dapat dilihat dari cara presenter membawakan berita, pilihan kata yang digunakan, gaya berbusana , dan bagaimana mengemas berita agar dapat menjadi sebuah berita yang berbeda dari berita lainnya.

Kata-kata yang sangat melekat dalam infotainment Silet adalah ”Setajam Silet” yang berarti program ini mengupas sebuah berita setajam mungkin yaitu setajam silet. Sedangkan dalam infotainment Ada Gosip adalah ”Agar tidak berakhir menjadi gosip belaka” yang berarti Ada Gosip akan mengupas sebuah berita yang akurat dan mendalam.

Adanya ciri khas atau karakteristik yang dimiliki oleh infotainment Silet dan Ada Gosip mendorong penulis untuk meneliti lebih jauh mengenai ciri khas atau karakteristik tersebut. Hal itulah yang membuat penulis melakukan penelitian dengan judul:


Program Infotainment di Stasiun Televisi Swasta

(Studi Perbandingan Program Infotainment Silet dengan Program Infotainment Ada Gosip)


I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah:

Bagaimanakah perbandingan antara program infotainment Silet dengan program infotainment Ada Gosip dilihat dari aspek ciri khas atau karakteristiknya?

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian penulis adalah untuk mengetahui perbandingan antara program infotainment Silet dengan program infotainment Ada Gosip dilihat dari aspek ciri khas atau karakteristiknya.

I.4 Manfaat Penelitian

I.4.1 Manfaat Akademis

  • Untuk membantu memperluas pemahaman mengenai dunia pertelevisian Indonesia, khususnya dalam program infotainment di stasiun televisi swasta.
  • Memberi kesempatan bagi penulis dan masyarakat untuk dapat lebih mengetahui ciri khas atau karakteristik dari program infotainment di stasiun televisi swasta.

I.4.2 Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia pertelevisian Indonesia agar memacu mereka untuk dapat semakin berkreasi dan berkarya dalam bidangnya.


BAB II

KERANGKA TEORITIS


2.1 Komunikasi

Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu berinteraksi dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, baik yang dikenal maupun yang tidak di kenal. Manusia tidak dapat tidak melakukan komunikasi karena komunikasi merupakan salah satu bagian hidup manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat saling bertukar informasi dan menjalin hubungan.

2.1.1 Definisi Komunikasi

Menurut Schramm, ”komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) latin communis yang berarti umum (common) atau bersama, apabila kita berkomunikasi sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonness) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu.” (Suprapto, 2006:4)

Dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Deddy Mulyana mengutip pengertian komunikasi menurut Gerald R. Miller yang menyatakan bahwa komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. (Mulyana, 2007:68)

Ada makna yang terkandung dalam setiap komunikasi. Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih. (Mulyana, 2007:72)

2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Harold Lasswell menggambarkan unsur-unsur komunikasi sebagai berikut:

a. Sumber (Who)

Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber dapat seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu Negara. Dalam menyampaikan informasi, sumber harus mengubah apa yang ada dalam pikiran dan perasaanya ke dalam simbol verbal dan nonverbal sehingga dapat dipahami oleh penerima pesan. Sumber disebut juga sebagai komunikator.

b. Pesan (Says What)

Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan dapat berupa verbal maupun non verbal yang mewakili perasaan dan pikiran sumber. Komponen yang terkandung dalam sebuah pesan adalah makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan.

c. Saluran atau Media (In Which Channel)

Media merupakan alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Media dapat berupa media cetak dan media elektronik atau dapat juga secara langsung (tatap muka).

d. Penerima (To Whom)

Penerima yakni orang yang menerima pesan verbal dan nonverbal dari sumber yang menjadi suatu gagasan yang ia pahami.

e. Efek (With What Effect?)

Efek adalah apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut. Efek tersebut misalnya perubahan keyakinan, perubahan perilaku, dan lain sebagainya.

(Mulyana, 2007:69-71)

Menurut Kotler berdasarkan paradigma Harold Lasswell, unsur-unsur dalam proses komunikasi adalah sender, encoding, messages, media, decoding, receiver, respons, feedback, noise.

Dari kedua unsur komunikasi di atas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa unsur-unsur penting dalam komunikasi adalah sumber, pesan, media, penerima pesan, efek, serta gangguan dalam penyampaian pesan tersebut.

2.1.3 Proses Komunikasi

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. (Effendy, 2004:11)

Menurut Effendy (2004:11), proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yaitu:

1. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) kepada media. Lambang yang digunakan yaitu bahasa, gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

2. Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

2.1.4 Fungsi Komunikasi

Menurut Effendy (2004:8), fungsi komunikasi yaitu:

1. Menyampaikan informasi (To Inform)

2. Mendidik (To Educate)

3. Menghibur (To Entertain)

4. Mempengaruhi (To Influence)

2.1.5 Model Komunikasi

Dalam penelitian ini, model komunikasi yang digunakan peneliti adalah model komunikasi Lasswell. Lasswell menggunakan lima pertanyaan yang perlu ditanyakan dan di jawab dalam melihat proses komunikasi, yaitu who (siapa), says what (mengatakan apa), in which medium (dalam media apa), to whom (kepada siapa) dan what effect (apa efek atau pengaruhnya).

2.1.6 Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi dapat dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Komunikasi bertujuan untuk mengubah sikap

2. Komunikasi bertujuan untuk mengubah pendapat, opini, dan pandangan

3. Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku

4. Komunikasi bertujuan untuk mengubah kehidupan masyarakat

(Effendy, 2003:55)

2.2 Komunikasi Massa

2.2.1 Definisi Komunikasi Massa

Menurut Severin, Tan dan Wright, komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang merupakan penggunaan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dengan komunikan secara massal, bertempat tinggal yang jauh, sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. (Winarni, 2003:8)

Definisi komunikasi massa menurut Pool seperti yang dikutip Wiryanto (2003:3):

“Komunikasi massa adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung. Pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, film / televisi.”

2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa

Berikut ini adalah fungsi dari komunikasi massa menurut Nurudin (2004:64-83)

1. Informasi

Fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa. Komponen penting untuk mengetahui informasi ini adalah berita-berita yang disajikan.

2. Hiburan

Fungsi hiburan bagi media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibanding dengan fungsi-fungsi lainnya karena masyarakat kita menjadikan televisi menjadi sarana hiburan.

3. Persuasi

Persuasi bisa datang dari berbagai macam bentuk antara lain mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai seseorang, mengubah sikap, menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu, memperkenalkan etika atau menawarkan sistem tertentu.

4. Transmisi budaya

Transmisi budaya adalah salah satu fungsi komunikasi yang paling luas, meskipun paling sedikit diperbincangkan. Transmisi budaya tak dapat dielakkan selalu hadir dalam berbagai bentuk komunikasi.

5. Mendorong kohesi sosial

Kohesi yang dimaksud di sini adalah penyatuan. Artinya, media massa mendorong masyarakat untuk bersatu.

6. Pengawasan

Bagi Lasswell, komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan. Artinya, menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita.

7. Korelasi

Fungsi korelasi di sini adalah fungsi menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya.

8. Pewarisan sosial

Dalam hal ini media massa berperan sebagai seorang pendidik, baik yang menyangkut pendidikan formal maupun pendidikan informal yang mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai, norma, pranata, etika dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

2.2.3 Elemen-Elemen Komunikasi Massa

Ada 9 elemen komunikasi massa, yaitu:

1. Komunikator

2. Isi

3. Khalayak (Audience)

4. Umpan Balik

5. Gangguan

6. Penjaga (Gate Keeper)

7. Pengatur

8. Penyaring (Filter)

9. Efek (Effect)

(Nurudin, 2007:95)

2.2.4 Efek Komunikasi Massa

Menurut Rakhmat (2005:219), ada 3 efek komunikasi massa yaitu:

1. Efek Kognitif

Efek ini terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan / informasi.

2. Efek Afektif

Efek ini timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, maupun yang tidak disenangi khalayak. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai.

3. Efek Konatif / Behavioral

Efek ini merupakan efek yang paling tinggi kadarnya. Efek ini merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pada tindakan, kegiatan, atau kebisaaan berperilaku.

2.3 Media Massa

2.3.1 Definisi Media Massa

Media massa adalah media yang memiliki jumlah audience banyak dan beragam dalam hal: usia, jenis kelamin, pendidikan, ekonomi dan geografis. (Hardiman, 2006:74)

Menurut Cangara (2005:122). Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi.

Media massa menimbulkan keserempakkan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator. (Effendy, 2003:82)

2.3.2 Karakteristik Media Massa

Karakteristik media massa menurut Cangara (2003:134-135) adalah:

1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.

2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau terjadi reaksi, bisaanya memerlukan waktu dan tertunda.

3. Meluas dan serempak, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, surat kabar, majalah, dan sejenisnya.

5. Bersifat terbuka, artinya pesan yang diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.

2.4 Televisi

2.4.1 Definisi Televisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Televisi adalah sistem penyiaran gambar yang disertai bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi dapat didengar. (Mulyono, 2001:1162)

Televisi adalah sistem telekomunikasi penyiaran penerimaan suara dan gambar dari stasiun pusat ke berbagai wilayah lain. (Hardiman, 2006:130)

2.4.2 Karakteristik Televisi

Menurut Ardianto (2005:128-130), televisi mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Audio Visual

Televisi memiliki kelebihan untuk didengar sekaligus dapat dilihat (audio visual), maka khalayak televisi (audience) dapat melihat gambar yang bergerak. Harus ada kesesuaian yang harmonis antara gambar dan kata-kata.

2. Berpikir dalam gambar

Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama adalah visualisasi (visualization), yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Tahap kedua yaitu penggambaran (picturization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.

3. Pengoperasian lebih kompleks

Pengoperasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan orang-orang yang terampil dan terlatih.

2.4.3 Program Acara Televisi

Morissan (2005:100) mengelompokkan berbagai jenis program menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu:

1. Program Informasi (berita) yang dibagi ke dalam dua jenis , yaitu:

a. Berita Keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan.

b. Berita Lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip, dan opini seperti halnya talk show.

2. Program Hiburan (entertainment) yang dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu:

a. Musik

b. Drama permainan (game show)

c. Pertunjukan (variety show)

Yang akan diteliti oleh peneliti adalah program televisi infotainment dengan melakukan studi perbandingan antara program infotainment Silet dan program infotainment Ada Gosip.

2.5 Infotainment

2.5.1 Definisi Infotainment

Program siaran infotainment merupakan gabungan antara information dengan entertainment. Infotainment termasuk program siaran yang berisi informasi promosi dagang dunia hiburan, yang dibuat sangat ringan, menghibur dan menarik. Termasuk di dalamnya adalah pengemasan yang menyertakan bahan animasi atau trik. (Soenarto, 2007:62)

2.5.2 Berita Infotainment

2.5.2.1 Definisi Berita

Menurut Dja’far H. Assegaff, “Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa (baru), yang dipilih oleh staff redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca. Entah karena luar bisaa, entah karena pentingnya, atau akibatnya, entah pula karena ia mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan. (Djuroto, 2003:6-7)

2.5.2.2 Nilai Berita

Menurut Mencher, ada 7 nilai berita, yaitu:

1. Timeless, artinya kesegaran waktu. Peristiwa yang baru-baru ini atau aktual.

2. Impact, artinya suatu kejadian yang dapat memberikan dampak terhadap orang banyak.

3. Prominence, artinya suatu kejadian yang mengandung nilai keagungan bagi seseorang maupun lembaga.

4. Proximity, artinya suatu peristiwa yang ada kedekatannya dengan seseorang, baik secara geografis maupun emosional.

5. Conflict, artinya suatu peristiwa atau kejadian yang mengandung pertentangan antara seseorang, masyarakat, atau lembaga.

6. The unusual, artinya suatu kejadian atau peristiwa yang tidak biasanya terjadi dan merupakan pengecualian dari pengalaman sehari-hari.

7. The currency, artinya hal-hal yang sedang menjadi bahan pembicaraan orang banyak.

(Baksin, 2006:50-51)

2.5.2.3 Unsur Berita

Unsur-unsur berita yang menarik:

1. Aktual atau baru (termasa)

2. Jarak

3. Terkenal (ternama)

4. Keluarbiasaan

5. Akibat

6. Ketegangan

7. Pertentangan

8. Seks

9. Kemajuan

10. Human interest

11. Emosi (perasaan)

12. Humor

(Djuroto, 2003:14)

2.5.2.4 Sifat Berita

3 Sifat Berita (Djuroto, 2003:27)

1. Mengarahkan, artinya berita yang dibuat harus mampu mengarahkan perhatian pembaca, pendengar atau pemirsa sehingga mengikuti alur pemikiran kita. Tujuannya adalah untuk mempengaruhi audience.

2. Menumbuhkan atau membangkitkan semangat, artinya tujuan lain dari dibuatnya berita adalah untuk menumbuhkan atau membangkitkan semangat.

3. Memberikan penerangan, maksudnya memberikan penjelasan atau contoh-contoh kejadian yang tidak baik agar tidak di tiru oleh masyarakat.

2.5.3 Presenter Infotainment

2.5.3.1 Modal Dasar Presenter Infotainment

Dalam bukunya yang berjudul Anda Juga Bisa Jadi Presenter Sukses!, Sonny Tulung menyebutkan ada lima modal dasar yang perlu dimiliki oleh seorang presenter, yaitu:

1. Impian

Impian adalah modal dasar pertama yang sangat penting yang harus dimiliki untuk menjadi presenter sukses. Impian bukan sesuatu yang impossible. Impian mencerminkan motivasi seseorang untuk meraih sesuatu dengan perjuangan. Impian dapat dijadikan sebagai pegangan, penunjuk arah atau kompas, dan impian dapat menciptakan keajaiban.

2. Wawasan

Seorang presenter dituntut menjadi pintar dalam arti memiliki wawasan yang luas tentang hal-hal yang berkaitan dengan sosial, budaya, politik, ekonomi, teknologi, ilmu pengetahuan dan bidang-bidang lainnya. Selain itu, seorang presenter harus selalu ter-update dengan informasi aktual yang sedang terjadi di masyarakat.

3. Suara

Suara adalah aset yang sangat berharga bagi seorang presenter. Suara lebih dari sekadar menyampaikan pikiran dan perasaan lewat bunyi yang merupakan rangkaian kata-kata. Suara adalah refleksi suasana hati, cermin jiwa. Melalui suara, kita bisa tahu perasaan seseorang

4. Keahlian Berkomunikasi

Berkomunikasi adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari dunia presenter. Seorang presenter harus bisa berkomunikasi dengan kamera yang mewakili orang-orang yang menyaksikan program acara yang dibawakan. Selain itu presenter juga harus dapat mengenali penontonnya agar pesan yang disampaikan dapat tepat mengenai sasaran

5. Sikap

Sikap merupakan modal dasar yang terakhir., yang merupakan faktor penentu yang melengkapi modal dasar lainnya. Seberapa besar dan kuat impian yang dimiliki, seberapa luas wawasannya, seberapa bagus suaranya, seberapa mahir berkomunikasi, tanpa sikap yang benar jangan harap bisa menjadi presenter sukses.

(Tulung, 2007:22-99)

2.5.3.2 Karakteristik Presenter Infotainment

Karakteristik presenter menurut Hardiman (2006:96-97):

1. Memiliki vokal dan artikulasi yang baik

2. Mampu tampil menarik didepan kamera (camera face)

3. Menguasai materi program yang dibawakan

Sementara menurut Hanum (2005:47), teknik presenter agar menarik audience adalah:

1. Mempunyai suara yang baik. Ini modal awal yang harus dimiliki oleh seorang presenter.

2. Mempunyai rasa kepercayaan diri yang tinggi.

3. Harus Pintar.

4. Good Looking dan smiling face.

5. Yang dapat mengupas tuntas diskusi yang berlangsung dengan lebih bermutu.

6. Pandai berbicara dan membuat suasana enak dan wajah menarik.

2.5.4 Penampilan Presenter Infotainment

Menurut Kunto (2007:78-80) Nuansa hiburan sangat kental dalam tayangan infotainment. Oleh karena itu, sebagai presenter diminta untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dunia hiburan tersebut. Cara berpikir, cara berperilaku, dan cara mengemas acara pun sepenuhnya mengarah kepada hiburan.

1. Make-up

Jika perempuan, tampil cantik. Buat pemirsa terpikat dulu dengan wajah yang ayu, bulu mata yang lentik, gelungan rambut yang menawan, dan pesona bibir yang merekah. Jika laki-laki, tuntutan permainan wajah tidak setinggi perempuan. Cukup bersih dan bersinar. Barangkali dengan aksen pada rambut sudah cukup.

2. Dress up

Pakaian presenter biasanya lebih gemerlap. Perempuan dengan belahan dada, laki-laki dengan jas terbuka. Warna lebih menyala. Model luwes. Presenter mesti tampil semenarik mungkin dengan pakaian yang dikenakan.

3. Ekspresi

Secara keseluruhan, presenter bisa tampil dengan keseluruhan tubuh. Bisa duduk, bisa berdiri. Tergantung pada kekuatan pesan yang disampaikan.

4. Luwes berbahasa

Bahasa presenter lebih luwes. Tidak wajib menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Yang penting komunikatif. Boleh menggunakan bahasa gado-gado sejauh pemirsa paham. Namun, dari semua itu, yang penting adalah bagaimana bahasa itu bisa secara ringan mengantarkan pesan kepada pemirsa. Kalau lucu, bikin pemirsa ketawa. Bahasa harus menjadi penghidup suasana.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Metode Penelitian

Penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan perbandingan antara program infotainment Silet dengan program infotainment Ada Gosip.

Menurut Kountur (1997:2), Penelitian Deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti.

Penelitian deskriptif mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:

1. Berhubungan dengan keadaan yang terjadi pada saat itu

2. Menggunakan satu variabel saja

3. Variabel yang diteliti tidak dimanipulasi

Selanjutnya menurut Bodgan dan Taylor, seperti dikutip Ruslan (2003:213), pendekatan kualitatif diharapkan “dapat menghasilkan suatu uraian mengenai ucapan, tulisan dan tingkah laku yang telah diamati dari suatu idividu, kelompok atau organisasi tertentu dalam suatu konteks setting tertentu, yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistic

3.2 Nara Sumber

Nara sumber adalah orang yang berkompeten dan mengetahui pokok permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti. Nara sumber juga merupakan orang yang memiliki kewenangan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

Yang akan dijadikan nara sumber dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah tayangan infotainment Silet edisi Minggu, 18 Januari 2009 dan tayangan infotainment Ada Gosip edisi 19 Desember 2008.

Nara sumber tersebut dibutuhkan oleh peneliti karena peneliti akan mengamati perbandingan antara program infotainment Silet dengan program infotainment Ada Gosip.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengamati hasil rekaman infotainment Silet dan hasil rekaman infotainment Ada Gosip.

Melalui hasil rekaman tersebut maka peneliti akan mengetahui apa saja perbedaan dan persamaan antara program infotainment Silet dengan program infotainment Ada Gosip. Perbedaan dan persamaan tersebut dapat terlihat dari cara presenter membawakan berita, pilihan kata yang digunakan, gaya berbusana , dan bagaimana mengemas berita agar dapat menjadi sebuah berita yang berbeda dari berita lainnya.

3.4 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu mendeskripsikan data-data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum generalisasi.

Menurut Sugiyono (2005:1) penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana penulis adalah sebagai instrumen kunci, analisis data bersifat induktif dan hasil pemelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Dalam menganalisis data yang terkumpul, peneliti menggunakan tabel untuk mengamati perbedaan program infotainment Silet dengan program infotainment Ada Gosip

3.5 Operasionalisasi Konsep

Tabel yang akan digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Dimensi

Taksioma

Infotainment Silet

Infotainment

Ada Gosip

Presenter

Gaya Busana

Elegan, cenderung menggunakan warna yang gelap atau mencolok

Cenderung lebih santai, warna busana soft


Gaya Bicara

Serius dan tajam

Hangat dan bersahabat, ada interaksi antar presenter


Gesture

Tegak

Luwes


Cara membuka acara

Cenderung di awali dengan menyampaikan tema / pengantar berita yang akan disajikan dengan serius.

Seringkali di awali dengan sapaan hangat kepada pemirsa.


Jumlah presenter saat acara disajikan

Satu orang

Dua orang


Ekspresi wajah

Serius, tatapan mata tajam

Senyum dan ramah


Make up

Simpel namun sesuai dengan busana

Simpel namun sesuai dengan busana


Wajah

Cantik namun berkesan misterius

Cantik


Tingkat kepopularitasan

Cukup tinggi

Sedang


Posisi tubuh dalam menyampaikan berita

Cenderung membawakan berita sambil duduk

berdiri

Setting tempat


Ciri khas melalui sofa besar dan background berwarna merah

Ruangan di isi oleh beberapa tv plasma dengan background warna merah muda (pink)

Berita

Durasi

60 menit

30 menit


Jumlah berita yang disampaikan

Satu atau dua berita yang terkait, yang dikupas secara mendalam

Berbagai macam berita yang terkini


Cara menyajikan

Mengupas tuntas sebuah permasalahan

Memberikan informasi secara garis besar

Berdasarkan tabel tersebut dapat terlihat bahwa terdapat banyak perbedaan antara infotainment Silet dengan infotainment Ada Gosip. Namun ada juga persamaannya yaitu dalam hal menentukan make up bagi presenter yang membawakan acara tersebut.

3.6 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah selama satu bulan. Penelitian dimulai sejak bulan Desember 2008 hingga Januari 2009. Sedangkan lokasi penelitian dilakukan di rumah peneliti, Sunter-Jakarta Utara, dengan menggunakan media televisi dan internet.


DAFTAR PUSTAKA


Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2005

Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik. Bandung:Simbiosa Rekatama Media. 2006

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2003

______________Pengantar Ilmu Komunikasi, Cetakan Keempat. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2005

Djuroto, Drs. Totok. Teknik Mencari & Menulis Berita. Semarang: Dahara Prize. 2003

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. 2003

____________________Ilmu komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004

Hanum, Salma M. Sukses Meniti Karir Sebagai Presenter. Yogyakarta: Absolut. 2005

Hardiman, Ima. 400 Istilah Public Relations Media & Periklanan. Jakarta: Gagas Ulung. 2006

Kountur, Ronny. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: Prenhenllindo, 1997.

Kunto A, AA. Cepat Kaya Jadi Presenter. Yogyakarta: Indonesia Cerdas. 2007

Morissan. Media Penyiaran. Tangerang: PT Ramdina Prakarsa. 2005

Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta:PT Bumi Aksara. 2005

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Penghantar. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya. 2007

Nurudin. Komunikasi Massa. Jakarta: cespur.2004

_______ Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007

Rakhmat. Psikologi komunikasi Rev, ed. Bandung:PT Remaja Rosdakarya. 2005

Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003

Soenarto, RM. Programa Televisi. Jakarta:FFTV-IKJ Press. 2007

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, Cetakan Pertama. Bandung: CV Alfabeta. 2005

Suprapto, Tommy. Penghantar Teori Komunikasi. Yogyakarta: Media Pressindo. 2006

Tulung, Sonny. Anda Juga Bisa Jadi Presenter Sukses!. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2007

Winarni. Komunikasi Massa Suatu Penghantar. Malang: Universitas Muhammadiyah. 2003

Wirodono, Sunardian. Matikan TV-Mu! Teror Media Televisi di Indonesia. Yogyakarta: Resist Book. 2005

Wiryanto. Penghantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo. 2003

Sumber Lain

Mulyono. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. 2001

Anindya, Maria. Strategi Program Airbone DJ dalam Perubahan Citra Radio (Studi Kualitatif pada Radio A 96.7 FM - Jakarta). Jakarta: STIKOM The London School of Public Relations. 2008

Pratiwi, Cornelia Atika. Persepsi Pemirsa Terhadap Perilaku Selebriti di Infotainment Televisi (Studi Deskriptif pada Masyarakat di RW 012 Kawasan Bintara Masnaga Bekasi Barat Terhadap Penyebab Perceraian). Jakarta: STIKOM The London School of Public Relations. 2008

Meiria. Hubungan Program Variety Show di Televisi Swasta Terhadap Minat Siswa dalam Mempelajari Bahasa Mandarin (Studi Korelasi Siswa SMA Kemurnian ii Kelas 1 dan 2 Jakarta Barat Terhadap Acara Chen Shing). Jakarta: STIKOM The London School of Public Relations. 2008

Martha. Proses Produksi Acara Talkshow di Media Televisi (Studi Deskriptif “Dorce Show” di Trans Tv). Jakarta: STIKOM The London School of Public Relations. 2008

Paramita, Yuliani. Sikap Pemirsa Remaja Terhadap Presenter Pria Bergaya Feminim (Studi Deskriptif: Sswa SMAN 54 Terhadap Presenter Pria Bergaya Feminim Olga Syahputra pada Segmen “Diana dalam Berita” di Acara Ceriwis). Jakarta: STIKOM The London School of Public Relations. 2008

http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0605/18/Jabar/2196.htm

http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0605/18/Jabar/2196.htm

http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0605/18/Jabar/2196.htm

http://www.sctv.co.id/view.php?=132,4543,1,0,1137505172.html

1 komentar: