07 April 2009

Konsep Diri

Aku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Aku berasal dari keturunan Tioghoa dan dari wajahku pun tampak terlihat kalau aku adalah keturunan Tioghoa. Dengan mata sipit dan hidung pesek, di tambah dengan rambut keriting-ku waktu masih kecil, banyak orang yang dengan mudah bisa mengenaliku. Aku tinggal di sebuah kota kecil di kabupaten Brebes, tepatnya di Bumiayu.

Seiring berjalannya waktu, aku pun perlahan beranjak menjadi gadis kecil yang sedang belajar untuk mengenali segala sesuatu yang ada di sekelilingku. Aku hidup di tengah keluarga bahagia sebagai anak bungsu dan selalu mendapatkan perhatian. Tetapi semuanya berubah semenjak mamaku menderita penyakit Leukimia. Selama dua tahun papaku sibuk menemani mamaku berobat hingga ke luar negeri sedangkan kedua kakakku kuliah di Jakarta. Aku sering dititipkan pada saudara yang ada didekat rumah. Mungkin karena masih kecil, aku tidak terlalu mengerti dan memikirkan semuanya. Aku masih menjadi gadis kecil yang periang. Namun, mungkin karena sering ditinggal pergi, aku justru semakin mandiri. Tepat tanggal 16 Desember 1997, waktu aku masih kelas 4SD, mamaku meninggal dunia. Sejak saat itu aku hanya tinggal berdua dengan papaku. Banyak orang yang merasa kasihan, tapi ya itu adalah hidup yang sudah digariskan Tuhan, jadi harus dijalani. Aku terkadang merasa kesepian, merasa iri kalau melihat temanku yang masih mempunyai mama. Tapi, karena dari kecil aku sudah terbiasa mandiri dan sendiri, aku tidak menjadi gadis yang hanya bisa berdiam diri dan menangis. Selain itu, untungnya teman-temanku tidak ada yang menghina, aku justru mempunyai teman-teman yang sangat baik.

Aku tinggal bersama papaku sampai aku SMP. Masa-masa SMP aku jalani dengan baik, bahkan aku termasuk berprestasi di sekolah. Aku aktif di beberapa kegiatan sekolah dan gereja sehingga temanku pun bertambah banyak. Saat aku kelas 3SMP, aku mulai sibuk mencari SMA yang bagus dan bermutu. Awalnya aku berencana mendaftar di sekolah negeri di Purwokerto, tak terlalu jauh dari rumah tapi karena waktu itu pendaftaran belum dibuka maka aku mencoba mendaftar di sekolah lain di Semarang dan Muntilan. Saat aku masih mengikuti test di Muntilan, aku diberitahu bahwa aku diterima di salah satu sekolah di Semarang tersebut tapi karena aku tidak mempunyai saudara di Semarang dan papaku khawatir kalau aku jauh dari pengawasan maka aku tidak mengambil kesempatan tersebut. Karena kurang sedikit nilai saat test di Muntilan, aku akhirnya mencoba mencari sekolah lain. Aku tidak jadi mendaftar sekolah di Purwokerto karena pertimbangan beberapa hal. Akhirnya aku pun mencoba mendaftar di salah satu sekolah berasrama di daerah Jambu, dekat Ambarawa, Kabupaten Semarang. Seharusnya aku mengikuti test masuk terlebih dahulu tapi karena rekomendasi dari sekolah di Muntilan yang terkenal sangat bermutu dan juga mempunyai hubungan dengan sekolah berasrama tempatku mendaftar, akhirnya aku pun boleh masuk tanpa test.

Aku akhirnya bersekolah ditempat yang sangat asing bagiku dan tak pernah terpikirkan sebelumnya. Awalnya ada rasa takut tapi ya aku cuma bisa pasrah karena tak ada waktu lagi untuk cari sekolah lain. Tapi entah kenapa, saat aku sudah memberesi barang-barangku di asrama dan bersiap-siap mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS), aku sama sekali tidak merasakan takut lagi. Aku seperti mati rasa. Aku menjalani kehidupanku yang baru di tempat yang baru dan di lingkungan yang baru.

Aku berkenalan dengan teman-teman baru dan beberapa diantara mereka sering menangis kalau ingat pada keluarga. Aku sendiri justru tak pernah menangis saat masih awal di sekolah asrama tersebut. Memang berat karena selama sebulan semua murid baru tidak boleh dihubungi olah keluarga tapi aku menjalaninya dengan enjoy. Apalagi saat MOS, sepertinya tak ada waktu untuk menangis karena kegiatannya sangat padat. Setahun pertama bersama teman-teman adalah masih masa-masa saling mengenal. Sedikit demi sedikit kami saling mengetahui karakter masing-masing dan dari situlah kami belajar menghadapi karakter orang yang berbeda-beda. Terkadang terjadi perselisihan tapi semuanya bisa terselesaikan. Di asrama tersebut, aku belajar untuk disiplin, dan mandiri. Semua urusan pribadi seperti mencuci baju dan menyeterika harus dikerjakan sendiri. Kalau untuk bersih-bersih ruangan, aku melakukannya bersama teman-teman. Kegiatan tersebut kami lakukan bersama-sama sehingga terasa menyenangkan. Dari situlah muncul rasa kebersamaan dan persaudaraan. Seringkali asrama dan sekolah mengadakan berbagai kegiatan seperti pentas seni, perlombaan, dan sebagainya dan melalui itu semua aku dan teman-teman menjadi semakin kompak. Selain itu, walau sekolah kami bukan terletak di tengah keramaian kota, tapi semua fasilitasnya sangat mendukung dan bermutu. Justru karena bukan ditengah keramaian kota, kami belajar untuk hidup sederhana dan tidak individual.

Semakin lama, aku dan teman-teman semakin akrab dan semakin saling mengerti. Banyak konflik juga yang terjadi diantara kami tapi karena kami tinggal dalam satu atap selama 3 tahun maka tidak nyaman rasanya kalau tinggal dalan pertikaian sehingga konflikpun akhirnya terselesaikan juga.
Setelah tiga tahun bersama, mau tak mau kami harus berpisah karena harus melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Kami mengadakan perpisahan dan rasanya sangat berat ketika harus berpisah karena kami semua sudah bersama-sama selama 3 tahun dan melakukan segala sesuatu bersama. Aku merasa sangat kehilangan tapi yang terutama, walau kami terpisah jarak, kami tidak akan pernah saling melupakan.

Banyak pelajaran berharga yang aku dapatkan selama hidupku, terutama selama aku SMA. Aku banyak belajar dari semua yang aku alami. Berawal dari masa kecilku yang ternyata harus besar tanpa mama, aku belajar untuk mandiri dan tegar. Aku memang anak bungsu dan sering dimanja tapi karena semua yang terjadi dan didikan keluarga yang cukup keras, aku tidaklah menjadi anak yang semuanya harus “mama-papa”. Kemudian aku hidup dilingkungan asrama selama 3 tahun… aku belajar untuk menerima orang lain, mengerti orang lain dan merasakan kebersamaan. Dari asrama itu pula aku menjadi semakin mandiri dan disiplin. Asrama banyak mengubah hidupku dan keluargaku juga mengakuinya bahwa sejak di asrama, aku menjadi semakin mandiri dan dewasa. Tapi, terkadang aku merasa kalau temanku jauh lebih mengenalku daripada keluarga karena aku hanya dekat dengan papaku hingga SMP dan itupun terpotong waktu untuk pergi menemani mama berobat. Apalagi aku cenderung tertutup terhadap keluarga, aku lebih mau terbuka terhadap teman dekatku. Teman-teman mengenalku sebagai gadis yang periang, heboh, supel dan ramah. Tapi mereka semua juga menilai kalau aku adalah gadis yang cuek, cerewet, judes dan berani (nyolot).

Aku memang type orang yang cuek. Bukan karena aku tidak mau peduli terhadap orang lain atau diri sendiri. Orang yang tidak mengenalku banyak yang beranggapan kalau aku tidak mau tau urusan orang lain tapi bagi aku, aku tau urusan orang lain atau tidak dan aku peduli atau tidak terhadap urusan orang lain, semua itu adalah masalahku dan urusanku. Orang lain tidak perlu tahu karena semua itu tidak perlu disebarluaskan. Cukup aku saja yang tau.
Aku juga type orang yang keras kepala. Bahkan mungkin cenderung egois.
Salah satu yang membuatku punya banyak teman adalah karena aku mudah bergaul. Aku sering melakukan hal-hal ‘gila’ yang bisa mebuat temanku tertawa. Aku merasa senang kalau melihat orang lain tertawa. Selain itu, aku cerewet hingga aku akhirnya punya banyak teman dan bahkan mungkin mudah dikenali melalui kecerewetanku… hahaha…

Ada yang bilang kalau aku ini judes…. Aku mengakui, tapi aku juga bukan orang yang lemah-lembut. Walau judes, yang penting aku tidak pernah berbuat jahat.
Orang-orang yang ada disekelilingku pasti punya pendapat yang berbeda tentang aku. Terserah orang mau menilaiku bagaimana karena penilaian tiap orang tidak selalu sama. Bagi aku, cukup 1 orang yang mengetahui bagaimana aku sebenarnya daripada aku harus berpura-pura dalam bersikap supaya menarik perhatian orang lain. Kebaikan tidak harus dipertontonkan kepada semua orang. Saat aku berbuat baik, tanpa orang lain ketahui pun, hal itu sudah membuatku hatiku senang karena yang penting aku sudah tahu kalau aku berbuat sesuatu untuk orang lain.

Saat ini, aku sudah berumur 18 tahun dan tak lama lagi akan menginjak 19 tahun. Selama 18 tahun lebih aku hidup dengan berbagai hal-hal yang baru. Kini aku sudah beranjak dewasa dan aku banyak mengambil hikmah dari semua yang terjadi.
Aku sudah semakin mengetahui bagaimana aku dan seperti apa aku. Aku punya banyak kekurangan dan juga kelebihan. Kekurangan aku adalah… aku keras kepala, sensitive, judes dan cuek. Sedangkan kelebihan aku adalah…. aku supel, mudah bersosialisasi, ramah dan periang. Hidup di asrama membuatku semakin mandiri, disiplin, dan aku banyak belajar menghadapi orang lain dengan berbagai karakter. Aku merasakan kebersamaan sehingga aku lebih care/peduli terhadap teman. Sifat supel aku mendukung pergaulan sehingga aku punya banyak teman. Aku bersyukur atas semua yang Tuhan berikan dalam hidup aku. Dalam hidup aku, banyak masalah yang bisa membuatku jatuh tapi aku tidak pernah mau dijatuhkan. Pengalaman hidupku menjadikan aku sebagai orang yang tegar dan kuat.

Saat ini, aku masih menuntut ilmu di LSPR. Aku hidup jauh dari papaku dan di Jakarta aku tinggal dengan salah satu kakakku dan kakak ipar. Tidak mudah hidup di Kota besar seperti Jakarta karena pergaulan disini banyak yang melenceng. Aku tidak boleh terperngaruh oleh hal-hal yang tidak baik, aku akan tetap menjadi diriku sendiri dan selalu berjalan di jalan yang benar. Aku ingin jadi orang yang sukses, aku ingin membuat semua orang bangga, terutama keluargaku. Bagaimanapun, aku punya keluarga yang berperan dalam hidup aku, terutama papaku. Aku tidak ingin mengecewakan papaku yang sudah membiayaiku sejak kecil. Aku juga ingin tunjukkan kepada almh. Mama kalau aku bisa sukses dalam karir dan hidup.

Hidup memang tak pernah lepas dari masalah, perubahan, dan godaan. Tapi hidup juga tak boleh lepas dari perjuangan. Semua yang terjadi baik yang menyenangkan maupun tidak, semua itu membuatku banyak belajar dan semua itu juga telah membentuk konsep diri dalam hidupku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar